Oleh : Idat Mustari
MENANGIS adalah kodrat manusia, tak ada seorang pun manusia yang tidak pernah menangis, semua orang pasti pernah menangis. Kita bisa menangis hanya karena sebuah cerita sinetron atau film. Atau saat melayat jenazah teman dan saudara. Bahkan kita pun menangis di peristiwa bahagia, seperti perkawinan.
Menangis bukan hanya terjadi pada manusia biasa, seperti kita. Nabi saw pun menangis pada saat putranya Ibrahim menghembuskan nafasnya yang terakhir. Abdurrahman Bin Auf kaget dan berkata, “Engkau juga menangis, Wahai Rasul”. Nabi saw. menjawab, “Air mata berlinang, hati terkoyak, namun kami tidak akan berkata kecuali yang diridhai oleh Allah SWT”. Wahai anakku Ibrahim, sungguh kami sedih atas perpisahan ini.”
Rasulullah saw menangis saat bangun tengah malam, saat bertaqarrub kepada Allah SWT. Beliau menangis saat membaca Alquran dan menganjurkan kepada siapa saja yang membacanya untuk menangis.
“Bacalah Alquran dan menangislah, jika tidak dapat menangis berusahalah menangis,” demikian sabda Beliau dalam salah satu hadis.
Para sahabat Nabi juga sering menangis saat membaca Alquran dan ketika sedang salat. Bahkan, ketika Nabi saw sedang sakit dan menyuruh Abu Bakar ra menjadi imam orang-orang tidak mendengar bacaan salatnya karena menangis. Dan Umar ra pun sering menangis jika mendengar ayat siksaan Alquran, dan tampak dua buah garis melintas di matanya karena sering dialiri oleh air matanya.
Nabi saw bersabda, “Ada tujuh kelompok yang akan mendapat naungan Allah, pada hari tiada naungan, kecuali naungan-Nya. Pemimpin yang adil, remaja yang senantiasa beribadah kepada Allah, seseorang yang senantiasa dipertautkan dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah dimana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seseorang laki-laki yang dirayu oleh seorang wanita bangsawan dan rupawan lalu menjawab, “Sungguh aku takut kepada Allah”, seseorang yang bersedekah lantas disembunyikannya sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya dan seseorang yang berzikir kepada Allah di tempat sunyi kemudian kedua matanya mencucurkan air mata” (HR. Bukhari Muslim).
Dengan demikian, jika saat ini kita bukan orang yang punya kekuasaan, hanyalah seorang rakyat biasa. Kita pun di waktu remaja bukan termasuk remaja yang saleh, tidak pula sebagai ahli masjid, dan belum pernah bisa mencintai seseorang karena Allah, apalagi pernah dirayu wanita cantik dari golongan bangsawan, bahkan kalau bersedekah inginnya diketahui oleh orang lain. Maka sebelum ajal menjemput raihlah naungan Allah SWT dengan cara menangis dalam kesendirian dengan penuh kejujuran dihadapan-Nya.
Memang tak mudah bisa menangis sendirian karena teringat dosa, atau menangis saat membayangkan nasibnya di alam kubur. Tak semua orang bisa menangis dalam kesendirian dihadapan-Nya. Kita baru bisa menangis karena kehilangan, depresi dan frustasi. Semoga kita satu saat bisa menangis dalam kesendirian saat memohon ampun kepadaNya.
Penulis Buku Bekerja Karena Allah.